Di zaman Nabi Muhammad ο·Ί, rokok belum dikenal. Rokok baru ditemukan berabad-abad kemudian, pasca era penjajahan dan kolonialisme. Meski demikian, Islam sebagai agama yang sempurna memiliki prinsip universal yang mampu menjawab persoalan baru seperti ini. Lalu bagaimana hukum merokok dalam Islam?
Rokok Tidak Ada di Zaman Nabi, Tapi Prinsip Islam Berlaku Sepanjang Zaman
Seorang Muslim tidak hanya bergantung pada apakah sesuatu disebut secara eksplisit dalam Al-Qur’an atau hadis. Islam mengajarkan prinsip-prinsip universal, dan salah satunya adalah kaidah:
"Setiap sesuatu yang mudaratnya lebih besar dari manfaatnya adalah haram."
Kaidah ini merujuk pada firman Allah tentang khamr dan judi:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.”
(QS. Al-Baqarah: 219)
Rokok dalam Pandangan Ulama: Masuk Kategori “Khabaits”
Ulama dari berbagai mazhab telah membahas rokok dalam konteks ayat:
“…dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (khabaits).”
(QS. Al-A’raf: 157)
Mayoritas ulama kontemporer sepakat bahwa rokok termasuk khabaits, sesuatu yang buruk, tidak bermanfaat, bahkan merusak. Jika dilihat dari sisi medis, sangat sulit untuk menyatakan bahwa rokok punya manfaat.
Pendapat Medis: Rokok Pasti Merusak
Data dari WHO dan lembaga medis internasional menyatakan bahwa:
-
Rokok menyebabkan lebih dari 8 juta kematian per tahun.
-
Merokok berkontribusi terhadap kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan.
-
Tidak ada tingkat aman dalam merokok.
Artinya, rokok adalah zat konsumsi yang efek sampingnya jauh lebih besar daripada manfaatnya—dan ini langsung masuk dalam prinsip hukum Islam tentang mafsadah (kerusakan).
✍️ Kisah Nyata: Perjuangan Seorang Ayah Berhenti Merokok Demi Anaknya
Pak Fadli, seorang ayah tiga anak, dulunya perokok berat sejak usia remaja. Ia terbiasa merokok hingga dua bungkus sehari. Namun, sejak anaknya yang ketiga divonis asma akibat paparan asap rokok pasif, ia merasa sangat bersalah.
Setiap malam ia mendengar anaknya batuk sesak napas, dan dokter menyarankan agar lingkungan rumah bebas dari asap rokok. Pak Fadli pun mulai menonton kajian tentang rokok dalam Islam dan mendapati bahwa sebagian besar ulama menyatakan haram.
Ia berjuang berhenti pelan-pelan, mulai dari mengganti rutinitas pagi dengan olahraga, hingga bergabung dengan komunitas berhenti merokok. Setahun kemudian, ia bebas dari rokok. Dampaknya luar biasa—kesehatan anak membaik, keuangan lebih stabil, dan keluarga semakin harmonis.
“Saya merasa lebih dekat dengan Allah karena berhenti dari sesuatu yang jelas-jelas merusak,” ujarnya.
π Kutipan Hadis
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai orang tua atau pemimpin dalam keluarga, kita wajib menjaga diri dan anggota keluarga dari hal-hal yang membahayakan, termasuk rokok.
✅ Tips Praktis: Ingin Berhenti Merokok? Mulai dari Sini
-
Niat yang kuat karena Allah dan keluarga.
-
Ganti kebiasaan merokok dengan aktivitas lain seperti olahraga ringan.
-
Hindari lingkungan perokok, cari teman yang mendukung.
-
Banyak berdoa dan zikir, karena ini juga jihad nafsu.
-
Tulis motivasi di tempat-tempat strategis: “Aku berhenti demi anakku.”
π Ajak Bertindak
Merokok mungkin terlihat sepele bagi sebagian orang, tapi dampaknya sangat besar. Cobalah renungkan: Apakah Anda rela melihat anak Anda tumbuh dalam rumah penuh asap beracun?
π’ Luangkan waktu hari ini untuk membaca kembali dalil-dalil Al-Qur’an dan hadis tentang menjaga tubuh.
π’ Pertimbangkan untuk mengurangi konsumsi rokok atau berhenti sepenuhnya.
π Fatwa Ulama dan Lembaga Resmi: Rokok Haram atau Makruh?
Sejumlah lembaga Islam dunia telah mengeluarkan fatwa resmi tentang rokok. Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, melalui fatwanya pada tahun 2009 menyatakan bahwa merokok hukumnya haram bagi anak-anak, wanita hamil, dan di tempat umum, sementara bagi orang dewasa dinyatakan makruh, namun sangat dianjurkan untuk dihindari.
Di sisi lain, Dar al-Ifta Mesir menyatakan bahwa merokok haram karena membahayakan jiwa. Lembaga Fiqih Islam Internasional, yang berada di bawah Organisasi Konferensi Islam (OKI), juga mengeluarkan keputusan bahwa rokok adalah haram berdasarkan kajian medis dan kaidah syar’iyah.
Ini menunjukkan bahwa hukum merokok tidak hanya soal "selera" atau "kebiasaan", melainkan telah menjadi perhatian serius para ulama lintas negara.
π‘ Rokok sebagai Ujian Zaman Modern
Sebagian orang mungkin berkata: “Tapi saya tidak bisa langsung berhenti. Ini sudah kebiasaan sejak lama.”
Perlu disadari bahwa ujian setiap zaman berbeda. Jika di zaman Nabi ο·Ί ujian besar adalah mempertahankan iman di tengah tekanan kafir Quraisy, maka di zaman modern ini, ujian kita bisa berupa menghindari candu dan menjaga kesehatan diri serta keluarga dari bahaya yang nyata.
Ujian dalam bentuk rokok, narkoba, pornografi, gaya hidup boros, dan makanan tidak sehat adalah bentuk tantangan spiritual dan fisik yang juga butuh perjuangan dan kesungguhan untuk ditaklukkan.
π§ Kesehatan Mental dan Merokok: Hubungan yang Sering Diabaikan
Merokok sering dianggap “pelarian” dari stres. Tapi studi menunjukkan bahwa nikotin hanya memberi ilusi ketenangan, bukan solusi jangka panjang.
Menurut Harvard Medical School, justru perokok mengalami tingkat kecemasan dan depresi lebih tinggi dibanding non-perokok. Artinya, merokok bukan cara menenangkan diri yang sehat secara psikologis maupun spiritual.
Di sinilah pentingnya pendekatan Islam yang komprehensif: menjaga jasmani dan ruhani secara bersamaan.
π§ Dampak Rokok bagi Anak: Lebih Dalam dari Sekadar Asap
Anak-anak yang hidup dalam rumah tangga dengan orang tua perokok bukan hanya menghirup asap berbahaya, tapi juga:
-
Mencontoh perilaku negatif. Anak bisa menganggap merokok itu biasa atau tanda kedewasaan.
-
Kehilangan kedekatan emosional. Waktu merokok bisa menggantikan waktu berkualitas bersama keluarga.
-
Mengalami rasa bersalah atau takut. Terutama jika tahu rokok merusak tapi tidak bisa menyampaikan kepada orang tua.
Sebagai pemimpin rumah tangga, tanggung jawab orang tua dalam Islam sangat besar. Rasulullah ο·Ί menyampaikan bahwa setiap kita adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban.
π€² Doa dan Spirit Hijrah: Berhenti Merokok sebagai Bentuk Taubat
Menghentikan kebiasaan merokok bukan sekadar keputusan medis, tapi juga bisa menjadi langkah hijrah spiritual. Sebagaimana seorang Muslim meninggalkan maksiat, meninggalkan rokok juga bisa dianggap bagian dari taubat nasuha—taubat yang tulus.
Beberapa amalan yang bisa membantu:
-
Perbanyak istighfar dan dzikir.
-
Baca kisah sahabat yang hijrah dari kebiasaan buruk.
-
Sholat malam (tahajud), memohon kekuatan dari Allah.
-
Libatkan komunitas yang suportif, seperti teman kajian atau keluarga.
Hijrah tidak harus spektakuler—kadang cukup dari satu lintasan niat dan satu batang rokok yang ditolak hari ini.
π Statistik Menyadarkan: Mengapa Harus Segera Bertindak
Untuk memperkuat kesadaran, berikut ini beberapa data penting:
-
Menurut WHO, lebih dari 1,3 miliar orang di dunia adalah perokok aktif.
-
Di Indonesia, sekitar 70 juta penduduk adalah perokok, sebagian besar adalah laki-laki usia produktif.
-
Biaya kesehatan yang dikeluarkan negara akibat dampak rokok mencapai triliunan rupiah per tahun.
-
Anak-anak perokok pasif berisiko lebih tinggi terkena pneumonia, infeksi telinga, dan masalah kognitif.
Bayangkan jika semua perokok mulai berhenti satu per satu. Dampaknya bukan hanya bagi individu, tapi bagi bangsa.
π Penutup: Saatnya Ambil Sikap
Merokok bukan sekadar masalah pribadi. Ia berdampak sosial, spiritual, dan generasional. Islam, melalui prinsip-prinsipnya, sudah sangat jelas: Segala yang merusak lebih dari memberi manfaat adalah haram.
Mari kita mulai dari diri sendiri, keluarga, lalu lingkungan. Jangan menunggu sampai tubuh sakit parah atau anak menangis sesak napas karena paparan asap.
π¬ “Boleh jadi rokok tidak disebut dalam Al-Qur’an, tapi prinsip Islam sangat cukup untuk menuntun kita menjauhinya.”
π Baca Artikel Terkait:
π Kiat Bijak Mendidik Anak di Zaman Digital
π Pentingnya Kunjungan Orang Tua ke Sekolah Anak
Komentar
Posting Komentar